- Home >
- Cerita Dewasa Mesum , Cerita Hot Terbaru , Cerita Ngentot Seru , Kumpulan Cerita Seks >
- Dunia Sex Terupdate - Pramugari Manis Yang Mempesona
Posted by : cellafang
Tuesday, July 18, 2017
PramugariManis Yang Mempesona – Cerita Seks Terbaru 2016 Kumpulan Cerita Seks
Terbaru 2016, Cerita Dewasa, Cerita Mesum, Cerita Ngentot, Cerita Panas, Cerita
Sex Paling Hot, Cerita Bispak, Cerita Tante Girang, Cerita Tante Selingkuh,
Cerita Gadis Perawan.
![]() |
Dunia Sex Terupdate - Pramugari Manis Yang Mempesona |
Perkenalanku dengan Mila (sebut saja begitu), seorang
pramugari udara di suatu perusahaan penerbangan nasional, terjadi dalam
perjalanan panjang dari Jakarta menuju Jayapura. Saat itu tengah malam, aku
berusaha keras untuk sekedar memejamkan mata, beristirahat sejenak
menghilangkan kantuk agar bisa melaksanakan tugas kantorku sesampainya di kota
tujuan. Kursi empuk berlapis kulit di kelas bisnis pesawat Boeing 737 itu,
tidak mampu memberikan kenyamanan yang kubutuhkan. Walau bagaimanapun, kursi
itu dirancang sebagai tempat duduk, bukan tempat untuk berbaring dan tidur.
Cerita Sex Terbaru – Baru akan terlelap, ketika
kurasakan guncangan lembut di kursiku. Seseorang duduk menghempaskan dirinya ke
kursi kosong di sebelahku. Dengan agak kesal, kubuka mataku dan berniat untuk
menegurnya. Pandanganku terpaku pada sesosok wajah cantik menarik, dengan
matanya yang walaupun terlihat mengantuk, tetap bening dan indah. Seulas senyum
terlihat di bibir mungil yang merah, yang kemudian berkata perlahan “… Maafkan
saya Bapak, karena telah mengganggu tidur Bapak …”
Sambil tetap memandang dan mengagumi kecantikannya, aku
berkata “… Ach, tidak apa-apa. Saya belum tidur koq …”
Kami bersalaman, lalu kudengar ia menyebutkan namanya : “…
Mila …”
Hilang sudah kantukku. Terlebih lagi setelah kutahu bahwa
Mila adalah sosok wanita yang menyenangkan sebagai teman ngobrol. Ia bercerita
tentang suka dukanya sebagai pramugari udara. Tangan dan jarinya yang lentik
seakan menari-nari di udara, mengekspresikan ceritanya. Sesekali ia menyentuh
tanganku, dan tidak sungkan untuk mencubitku bila kuganggu.
Diam-diam kupandangi dan kuperhatikan seluruh bagian
tubuhnya. Tingginya kuperkirakan sekitar 160 cm, langsing dan sangat
proporsional. Mila memiliki tungkai kaki yang indah sempurna. Kulitnya yang
putih kontras sekali dengan seragam warna birunya. Payudaranya tidak terlalu
besar, tetapi terlihat kencang menantang. Membayangkan dirinya telentang telanjang
di tempat tidur, membuat kemaluanku bangkit, membesar dan keras. Pikiran
kotorku melayang jauh.
Kebersamaan kami terganggu oleh suara Kapten Pilot yang
memberitahukan bahwa pesawat akan mendarat di Biak, untuk mengisi bahan bakar
dan pergantian awak kabin. Setelah bersalaman dan sedikit basa basi, Mila
menghilang di balik tirai. Aku melanjutkan istirahatku, sampai kemudian
dibangunkan oleh pramugari udara lain, yang menawarkan sarapan pagi.
Hari-hari selanjutnya di ibukota propinsi paling timur Indonesia
itu, disibukkan oleh tugasku sebagai Petugas Sosialisasi salah satu program
pemerintah. Sebagai “Utusan Pusat”, aku sering diperlakukan seakan tamu agung,
yang perlu dihibur dan dipenuhi segala kebutuhannya. Aku ditempatkan di hotel
Y….., yang merupakan hotel terbaik di kota itu. Beberapa tawaran untuk
menyediakan “teman tidur” kutolak secara halus. Aku takut tertular penyakit.
Waktu luang di luar tugas kuhabiskan dengan berjalan kaki
keliling kota. Suatu kebiasaan yang selalu kulakukan dalam setiap perjalanan,
untuk lebih mengenal daerah baru. Kota Jayapura berada langsung di tepi laut
berair tenang. Pada malam hari, di sepanjang tepi pantai dapat ditemui
warung-warung yang menjual masakan laut, yang langsung digoreng atau dibakar di
tempat. Nikmat sekali. Disanalah biasanya kuhabiskan malamku.
Di sana pula pada suatu malam, aku kembali bertemu dengan
Mila yang sedang tidak bertugas, bersama dengan 2 teman seprofesi. Mila
langsung menawarkan untuk bergabung, begitu melihatku datang. Sungguh menyenangkan
berada di antara 3 gadis cantik, walau dapat kupastikan bahwa kantongku akan
terkuras untuk mentraktir mereka semua. Panggilan ?Bapak? sewaktu di pesawat,
berubah menjadi “Mas” hingga membuat malam itu semakin akrab dan hangat. Dari
pembicaraan, kutahu bahwa mereka bertiga menginap di hotel yang sama denganku.
Selesai makan, kami berpisah.
Di luar dugaan, Mila ingin ikut denganku menikmati malam
sambil berjalan kaki. Satu permintaan yang sangat sulit ditolak. Kamipun
berjalan perlahan sambil saling bertukar cerita dan bercanda.Angin pantai
membuat Mila kedinginan. Kulepas jaketku, lalu kupasangkan di bahunya.
Kuberanikan diri merangkul bahunya, memberikan kehangatan tambahan pada
tubuhnya yang hanya dilapisi oleh T-Shirt tipis berwarna merah. Mila tidak menghindar
atau berusaha menolak, malah balas merangkul pinggangku. Aku heran dengan
gadis-gadis jaman sekarang.
Semakin mudah untuk menjadi sangat akrab, dan menganggap
bahwa hubungan antara wanita dan pria adalah biasa saja. Tidak ada lagi
malu-malu atau sungkan, walaupun masa perkenalan yang relatif singkat. Kami
berjalan bagaikan dua kekasih yang sedang bermesraan. Tanganku tersapu oleh
ujung rambutnya, dan sesekali kurasakan kepalanya menyandar di bahuku. Birahiku
terpicu, otak kotorku berpikir keras mencari akal untuk membawanya ketempat
tidur di kamar hotelku. Kelaminku mengembang keras, membuatku merasa tidak
nyaman karena terjepit oleh ketatnya celana jeans yang kukenakan. Mulut kami
berdua diam seribu basa, memberi kesempatan untuk menikmati sentuhan
kebersamaan dalam keheningan.
Langkah demi langkah membawa kami memasuki lobby hotel.
Kuajak Mila ke Coffee Shop, untuk menikmati secangkir minuman hangat sambil
menikmati musik hidup. Aku memilih tempat agak di pojok, agar tidak terlalu
menarik perhatian orang. Kuperhatikan sekeliling, beberapa pasangan asik
berpelukan, sedangkan beberapa gadis berpenampilan seronok duduk sendirian.
Inilah mungkin yang disebutkan oleh kawan-kawanku sebagai “Ayam Menado”,
sebelum aku berangkat beberapa hari lalu…
Tanganku tetap memeluknya, sementara Mila menyandarkan
kepalanya di dadaku. Kurasakan kakinya bergoyang perlahan mengikuti irama
musik. Wangi rambutnya membuatku ingin mencium kepalanya. Tapi, apakah ia akan
marah ? Apakah ia akan tersinggung ? Sejuta pertanyaan dan kekhawatiran muncul
dalam pikiranku. Sementara di sisi lain, otakku masih terus berputar mencari
akal untuk membawanya ke kamarku malam ini. Jantungku berdebar keras, sementara
kelaminku semakin besar dan keras. Musik dan suasana romantis tempat itu tidak
lagi menarik untukku. Bagaimana dan bagaimana… pertanyaan itu yang terus
menerus muncul.
Perlahan kucium ubun-ubun kepalanya, sambil berkata : “…
Mila, sudah malam, kita bobo yuk …”
Ia hanya mengangguk sambil berdiri. Setelah menyelesaikan pembayaran, kami berjalan menuju lift. Tanganku masih merangkul bahunya, walaupun ia tidak lagi memeluk pinggangku. Kutekan tombol angka 3, untuk menuju lantai dimana kamarku berada. Aku sengaja tidak bertanya di lantai berapa ia tinggal, dan iapun diam saja.
Ia hanya mengangguk sambil berdiri. Setelah menyelesaikan pembayaran, kami berjalan menuju lift. Tanganku masih merangkul bahunya, walaupun ia tidak lagi memeluk pinggangku. Kutekan tombol angka 3, untuk menuju lantai dimana kamarku berada. Aku sengaja tidak bertanya di lantai berapa ia tinggal, dan iapun diam saja.
Mila juga tidak berusaha untuk menekan tombol lain. Dalam
hati aku bertanya-tanya, jangan-jangan kamarnya satu lantai dengan kamarku.
Sambil menyender ke dinding lift, kutarik ia dan kusandarkan membelakangiku.
Kupeluk ia dari belakang, sambil sesekali kucium rambut kepalanya. Jantungku
berdetak semakin cepat, sementara kelaminku semakin sakit terhimpit celana
jeansku yang cukup ketat.
Mudah-mudahan pantatnya yang tepat menempel ke kelaminku
tidak merasakan ada sesuatu yang mengganjal. Pikiranku masih bertanya-tanya,
mau…? tidak…? mau…? tidak…? sampai kemudian pintu lift terbuka. Sambil terus
berada dalam pelukanku, kubimbing dia menuju kamarku. Tidak ada perlawanan atau
penolakan kurasakan. Setan yang berada dalam pikiranku menjerit senang. Malam
ini akan terjadi pergumulan birahi yang panas. Dalam hati aku berniat untuk
memberikan kepuasan yang tidak terbendung padanya, seperti yang biasa kuberikan
dalam petualangan-petualangan asmaraku, termasuk pada istriku tercinta…
Begitu pintu terkunci, sambil tetap berdiri kupeluk dan
kucium bibirnya dengan lembut walaupun penuh nafsu. Mila membalasnya dengan
tidak kalah ganasnya. Lidah kami bertemu, saling berpagutan dan berkaitan.
Kutelusuri geligi dan langit-langit mulutnya dengan lidahku yang cukup panjang,
kasar dan hangat. Mila merintih lirih : “…Aaaccchhh…”
Tangan kananku perlahan mengusap dan menelusuri punggungnya yang masih terbalut T-Shirt, sementara jacketku sudah lama terlempar jatuh. Dari leher, perlahan turun ke bawah, ke arah pinggang mencari ujung kaos, lalu kembali ke atas melalui sisi bagian dalam. Kurasakan kulit punggungnya sangat halus dan mulus. “…Klik…”, tanganku yang sudah sangat terlatih berhasil melepas pengait BH-nya dengan sangat hati-hati. Dengan kedua tangan, perlahan kutarik kaos itu ke atas sampai terlepas sama sekali.
Dengan perlahan dan hati-hati, kedua tanganku segera
bergerilya menelusuri kedua bahunya, pangkal lengannya, pindah ke pinggang,
perut, perlahan ke atas menuju payudaranya. Sementara itu, kedua tangannya
telah berhasil membuka Polo Shirt yang kukenakan. Tanganku sudah hampir sampai
ke payudaranya, ketika tiba-tiba ia mendorongku perlahan.
“… Maaf Maz, Mila pipis dulu yha …” katanya sambil berjalan membelakangiku menuju kamar mandi. Kuperhatikan kulit punggungnya yang putih dan mulus, nyaris tanpa cacat. Pinggul rampingnya yang masih terbalut celana jeans, terlihat semakin indah dan merangsang. Tidak sabar rasanya untuk segera melumat tubuhnya, membawanya mengawang tinggi menuju tingkat kenikmatan yang tidak terkira…
Sementara menunggu, aku tersadar bahwa aku belum
membersihkan diri. Kebiasaan yang selalu kulakukan sebelum bercinta dengan
wanita manapun. Aku selalu menjaga kebersihan, dan berusaha untuk menggunakan
wangi-wangian beraroma lembut, yang kuyakini dapat meningkatkan gairah wanita.
Dari kamar mandi terdengar gemericik air, yang menandakan Mila juga sedang
membersihkan dirinya. Ternyata Mila termasuk tipe wanita yang kusukai, selalu
membersihkan diri sebelum bercinta.
Walau dalam keadaan birahi tinggi, aku tetap merasa terganggu
dengan bebauan yang kurang sedap, dari kelamin wanita yang tidak bersih. Kubuka
dompetku, lalu kuambil karet pengaman merk terkenal yang selalu kubawa
kemanapun aku pergi. Kusisipkan ke bawah bantal tempat tidur, agar mudah
mengambilnya pada saat dibutuhkan nanti…
Mila keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang hanya
terbalut handuk. Rupanya dia benar-benar mau dan bersedia bercinta denganku.
“…Sebentar sayang, sekarang giliranku untuk membersihkan diri…” kataku sambil mencium keningnya lalu berjalan ke kamar mandi. Sayup-sayup kudengar suara TV yang baru dihidupkan olehnya. Setelah menggosok gigi dan berkumur dengan larutan antiseptik, kubersihkan kemaluanku dan sekitarnya dengan sabun. Siraman air dingin tidak mampu mengurangi kekerasannya. Kemaluanku tetap mengacung gagah, besar dan berurat.
Mila sedang duduk di pinggi tempat tidur, saat aku keluar
dari kamar mandi, juga dengan hanya terbalut handuk. Kuhampiri dirinya, ia
berdiri lalu kami berciuman. Dari mulutnya tercium aroma obat kumur antiseptik
milikku, membuatku semakin terangsang. Tangannya membuka belitan handuk di
pinggangku, membuat kemaluanku terbebas lepas, mengacung besar dan keras.
Perlahan tangannya menyentuh pusarku, perutku, lalu perlahan turun ke bawah.
Mila mengusap-usap rambut kemaluanku yang cukup lebat, sebelum kemudian
mengelus dan menggenggam lembut batang kebanggaanku itu.
Jemari tangannya yang halus, menimbulkan rasa nikmat yang
amat sangat. Tanpa kusadari, akupun merintih perlahan “…Aaaccchhhh…”
Kulepas handuk yang melilit tubuhnya, kemudian perlahan tapi pasti kedua tanganku merambat perlahan menuju kedua bukit kembarnya yang halus dan putih. Setelah kutelusuri inci demi inci, kuremas lembut, dan kujepit puting susunya dengan jari, lalu kupelintir sambil sesekali kutarik. Kubuka mataku, menikmati parasnya yang cantik. Matanya tertutup sementara bibirnya terbuka sedikit, sungguh seksi dan merangsang.
Mila melepas ciumannya, kemudian perlahan menciumi tubuhku.
Dari dagu, leher terus ke dadaku, kemudian mengulum dan menggigit perlahan
puting kecil di dadaku. Aku hanya mampu mendongak, menikmati sensasi yang tidak
terkira. Dengan lidahnya yang hangat, ditelusurinya tubuhku perlahan turun ke
arah perut, menciumi pusar, lalu terus turun. Tidak sabar aku membayangkan
kenikmatan apa yang akan kuterima selanjutnya. Perlahan, diciumnya kepala
kemaluanku yang memerah, kemudian dimasukkannya ke mulutnya, sampai menyentuh
tenggorokannya. Bukan main nikmatnya.
“… Uuuhhhh…. hhhhh…. aaaaccchhhh… hhhhh….” Aku cuma sanggup merintih nikmat. Perasaan nikmat dan mendesak kuat ingin keluar, kutahan sebisanya. Aku hampir mencapai titik kenikmatan tertinggi, dan itu tidak boleh terjadi secepat ini. Harus kuhentikan !! Kupegang kepalanya, kemudian kutarik tubuhnya perlahan. “…Adddduuuhhh, nikmat sekali Mila, nikmat sekali…” kataku sambil kemudian mencium bibirnya. Lidah kami berkait dan bertaut dengan ganas, membuat nafasnya semakin memburu…
Sambil tetap berciuman, kubimbing ia menuju tempat tidur.
Kurebahkan tubuhnya, lalu kutindih ia dengan tubuhku. Kulepaskan ciumanku dari
bibirnya. Kucium keningnya, kedua matanya, pipinya, dagunya, dan kedua
telinganya bergantian. Nafasnya semakin memburu, sementara jari-jari kedua
tangannya meremas rambutku. Dengan lidah, kumulai penelusuran tubuhnya melalui
leher. Perlahan turun, menuju belahan dadanya, kemudian naik ke puncak bukit
indah miliknya. Kukitari puting susunya, sebelum kukulum dan kuhisap dengan
mulutku. Sementara itu, tangan kananku yang bebas meremas dan mempermainkan
puting susu sebelanya. Mila meracau tidak jelas, sementara kuku jarinya mulai
menghunjam kulit kepalaku…. “…Adddduuuuhhhh Maazzzz… Aaaaccc…. yhhaaaaa….
hhhhh…..”
Puas bermain di payudaranya, kulanjutkan penelusuran semakin
ke bawah, menuju kemaluannya. Aku memposisikan tubuhku di antara kedua kakinya
yang terbuka. Kemaluannya terlihat basah dan lembab. Bulu-bulu halus yang tidak
terlalu lebat, tertata rapi dan hitam, kontras sekali dengan warna kulitnya
yang putih mulus. Dengan jari tengah, kuusap dan kumainkan klitorisnya.
Pinggangnya terangkat, membuat tubuhnya melengkung. Perlahan, kuciumi
kemaluannya yang wangi, kujulurkan lidahku, lalu kumainkan klitorisnya. Aku
sempat melihat kepala Mila yang terlempar ke kiri dan ke kanan menahan nikmat.
Jari jemarinya semakin ganas meremas kepalaku.
“…Aaaawwwww…. Aaaaccchhh… yhaaaaa… yhaaa… yhaaa… aaaccchhh… hhhh…. aaadddduuuhhhh…. tttterrrussss… terus !! ach… ach… ach… Aaaaaaaaahhh…”
Kedua pahanya menjepit kuat kepalaku, kemudian tergeletak lemas. Kutahu Mila telah mencapai puncak kenikmatannya. “… Itu baru yang pertama sayang, rasakan dan nikmati yang selanjutnya …” kataku dalam hati.
Tidak berlama-lama, dengan perlahan dan sangat hati-hati,
kumasukkan jari tengah tangan kananku ke dalam rongga kewanitaannya. Tidak ada
yang menghalangi, menandakan Mila sudah tidak perawan lagi. Tidak mengapa,
malah lebih baik pikirku. Aku jadi tidak memperpanjang dosaku memerawani anak
orang lagi…
Kusentuh seluruh dinding rongga yang halus dan hangat itu dengan ujung jariku. Kadang kutekan sedikit keras, membuat nafsu birahinya kembali bangkit. Dengan posisi telapak tangan mengarah ke atas, kutekuk jariku menyentuh dinding rongga bagian atas. Kulanjutkan penekanan di beberapa tempat, sambil kuperhatikan reaksi tubuhnya.
“… Awww, aduh, Maz, maaf… rasanya ingin pipis lagi…” katanya tiba-tiba.
“…Sayang, tahan dan bernafaslah dengan teratur. Aku akan memberimu kenikmatan yang lain. Relaks saja dan nikmati…” Kutekan-tekan jariku berulang-ulang pada titik tersebut hingga menyerupai getaran.
Kepalanya kembali terlempar kekiri dan kekanan. Matanya
terbelalak ke atas, hinggga hampir tidak terlihat bagian hitamnya. Tangannya
telentang pasrah, masih lelah dan lemas.
“… Aaaacchhh… Aaaaccchhhh… Aaaaccchhh…” erangannya semakin keras. Perlahan kuposisikan kepalaku di depan kewanitaannya, kujulurkan lidahku, kemudian kuelus, kumainkan dan kupelintir sambil sesekali kumainkan klitorisnya. Mila teriak tidak tertahankan
“….AAAAAACCCCHHHH…. YYYHHHAAAA… YYYHHHAAAA…. Ampuuuunnnnn….
Aaaaccchhhhh….”
Tangannya kembali buas meremas kepalaku, sementara kedua
pahanya kembali menjepit kepalaku dengan kuat. Punggungnya terangkat tinggi
membuat tubuhnya melengkung. Kulanjutkan penekanan pada titik bagian atas
rongga kewanitaannya, sambil lidahku terus mengelus, memelintir dan
mempermainkan klitorisnya. Tiba-tiba Mila terduduk, dengan kasar ditariknya
kepalaku yang sedang asik bermain di kewanitaannya, lalu digigitnya bibirku.
Sakitnya cukup lumayan, tetapi kubiarkan saja.
Kutahu ia hampir mencapai puncak kenikmatannya yang kedua.
Dengan mengerang keras “….AAAAAACCCHHHHHHHH…”
Tubuhnya mengejang lalu terlempar keras ke belakang, ke atas
kasur tempat tidur. Rongga kewanitaannya terasa mendenyut-denyut, menjepit erat
jari tengahku yang masih berada di dalam. Tidak lama kulihat tubuhnya mulai
melemas. Telentang pasrah telanjang di atas tempat tidur. Aku berdiri menuju
meja, menuangkan air putih dingin ke dalam gelas. Kuteguk, kemudian kuberikan
padanya setelah kembali kuisi penuh. Sambil menatapku, kulihat matanya
menyiratkan kepuasan yang amat sangat, walaupun lelah. Aku paling senang
melihat wajah wanita pasca orgasme, terlihat semakin cantik.
Belum sempat gelas itu kuletakkan, masih dalam keadaan
berdiri di sisi tempat tidur, Mila menarik, mengelus kemudian mengulum batang
kemaluanku dengan rakus, membuatnya kembali membesar dan keras. Dengan
lidahnya, dijilatinya bagian bawah batangku itu, menimbulkan kenikmatan yang
amat sangat. Setelah aku meletakkan gelas, kudorong lalu kutindih tubuhnya.
Mulut kami kembali berciuman, sementara satu tangannya memainkan batang kemaluanku.
Tidak tahan dengan perlakuannya, tanganku masuk ke bawah bantal, mencari-cari
karet pengaman yang sudah kusiapkan tadi. Kurobek bungkusnya, lalu kuberikan
padanya. Di luar dugaan, dibuangnya benda itu, sambil berbisik ke telingaku
“…Maz, aku baru saja selesai Mens dua hari lalu, jadi amaaannn…”
Bukan main, gadisku ini betul-betul tau apa yang terbaik.
Kubimbing kemaluanku dengan tangan, kugosok-gosokkan, kemudian secara perlahan kuturunkan pinggulku, menusukkan batang yang besar, keras dan padat itu ke dalam rongga kewanitaannya yang lembut dan hangat. Kuku jemarinya menancap keras di punggungku, dan kudengar rintihannya
“… Hhhhkkkkk…..hhhhh…. AAACCHHH…. hhhh….”
Kulihat alis matanya mengkerut sementara kedua matanya
tertutup rapat. Kurasa ia agak kesakitan dimasukki oleh batang yang begitu
besar, panjang dan sekeras batu. Perlahan tapi pasti, inci demi inci batang itu
menguak masuk. Aku merasa sudah menyentuh dasarnya pada saat batangku belum
masuk seluruhnya. Mila merintih”…Adddduuuuhhhh…” tapi aku tidak peduli.
Perlahan dan hati-hati kutekan dan kutekan terus sampai masuk seluruhnya.
Kudiamkan beberapa saat hingga Mila terbiasa, sebelum kupompa keluar masuk.
Kedua tanganku menopang tubuhku agar tidak menindihnya terlalu keras, sementara
pinggulku giat bergerak maju mundur berulang-ulang. Mila merintih semakin keras
“…Accchhhh…. yhhaaa… yhaaa… yhaaa… hhhhh… Awwwww… hhhkkkk….”
Tubuhnya bergoyang ke atas ke bawah, terdorong oleh tusukkan
dan goyangan pinggulku. Rambutnya berantakan tergerai di atas bantal, sementara
matanya tertutup rapat. Mukanya sudah terlihat santai, tanda ia sudah dapat
menikmatinya. Sesekali kucium bibirnya yang terbuka sedikit, memperlihatkan
geliginya yang putih tersusun rapi, sunggung menggairahkan. Butir-butir
keringat mulai bercucuran di tubuhku, juga di tubuhnya. Di belahan dada
diantara kedua payudaranya yang bergoyang, kulihat titik-titik keringat
bermunculan. Sungguh pemandangan yang seksi dan menggairahkan.
Entah berapa lama dalam posisi itu, tiba-tiba aku ingin
mencoba posisi yang lain. Kutarik kedua kakinya dan kuletakkan di pundakku.
Mila protes “… Addduhhh Mazzzz, sssaakkiiittt…” Tidak terlalu kupedulikan,
kupompa terus keluar masuk, berputar, maju mundur, mulanya perlahan lalu
semakin cepat. Mila merintih menahan nikmat
“… Aaaachhhh…. Yhaaa… Yhaaa… Ttttteeerruuusssss… tterusss…
ach… ach… ach… ach… AAAAACCCHHHHH…”
Kurasakan denyutan berulang-ulang dari rongga kewanitaannya.
Mila sudah sampai ke puncak kenikmatan. Aku berkonsentrasi merasakan sensasi
kenikmatan yang ditimbulkan oleh gesekan batang kemaluanku dengan rongga
kewanitaannya, kupompa semakin cepat… semakin cepat… semakin cepat… dan dengan
disertai erangan panjang “…AAAAACCCCHHHHHH….” kutusukkan kemaluanku
sedalam-dalamnya, kemudian kusemprotkan cairan kenikmatan sebanyak-banyaknya.
Akupun ambruk menimpa tubuhnya…. Mila memelukku dengan erat.
Sambil kucium pipinya, aku berkata “… Terima Kasih sayang,
kamu hebat sekali …”
Mila membuka matanya, mencium bibirku lama, dan balas
berkata “… Sama-sama Maz… enak sekali Mazzz… ampuuunnn, nikmat sekaliii, tapi
capek. Mila nggak kuat lagi…”.
Malam itu kami tidur berpelukan sampai pagi. Kami
melakukannya lagi di kamar mandi, walau tidak seganas malam sebelumnya. Mila
harus segera berangkat menunaikan tugasnya sebagai Pramugari Udara, sementara
aku masih harus bertugas menjelaskan program pemerintah yang kusosialisasikan. Kami
berpisah, dan berjanji untuk ketemu lagi… Entah kapan…