- Home >
- Cerita Dewasa Mesum , Cerita Hot Terbaru , Cerita Ngentot Seru , Kumpulan Cerita Seks >
- Dunia Seks - NGENTOT DENGAN MAHASISWI
Posted by : cellafang
Monday, July 17, 2017
NGENTOT DENGAN MAHASISWI
NGENTOTDENGAN MAHASISWI – Cerita Seks Terbaru 2016 Kumpulan Cerita Seks
Terbaru 2016, Cerita Dewasa, Cerita Mesum, Cerita Ngentot, Cerita Panas, Cerita
Sex Paling Hot. Nama saya Dino. Saya mahasiswa di sebuah perguruan tinggi
ternama di Surabaya. Saya adalah anak kembar (tetapi bukan kembar identik).
Saudara kembar saya bernama Doni, dan dia juga kuliah di tempat yang sama
dengan saya.
![]() |
Dunia Sex - NGENTOT DENGAN MAHASISWI |
Dunia Seks Terbaru. Sebelum kuliah di Surabaya, Doni
kuliah di perguruan tinggi di Jakarta. Di sana, ia mempunyai seorang pacar
bernama Windy. Setelah setahun kuliah di Jakarta, Doni dan Windy tidak betah,
dan akhirnya mereka berdua pindah ke Surabaya (di universitas & fakultas
yang sama).
Ketika pertama kali saya bertemu dengan Windy, saya terpana
dengan parasnya yang cantik. Saya merasa Doni sangat beruntung mendapatkan
pacar seorang gadis yang cantik seperti Windy. Memang, Doni bercerita bahwa
Windy merupakan rebutan cowok-cowok di kampusnya (baik di Jakarta maupun
Surabaya). Ketika bersalaman dengannya, saya tidak dapat melepaskan pandangan
dari wajahnya yang sangat cantik dan imut itu.
Setelah perkenalan pertama dengan Windy, dia selalu
terbayang dalam pikiranku. Apalagi Windy sering main ke rumah kami (o iya, saya
dan Doni tinggal berdua di sebuah rumah di Surabaya). Setiap Windy datang ke
rumah, saya pasti merasa deg-degan. Seakan-akan Windy adalah pacar saya sendiri
(apa karena Doni dan saya kembar, jadi saya merasakan hal ini ya?).
Kadang-kadang, Doni & Windy suka berduaan di kamar Doni, dan saya sering
mendengar mereka cekikikan berdua di kamar. Saya jadi merasa iri dengan Doni.
Saya belum pernah punya pacar sejak dulu. Memang dibanding Doni, saya anaknya
agak lebih pendiam. Saya tetap punya teman-teman cewek, tapi bukan pacar.
Suatu kali, Doni sedang pergi keluar kota bersama
teman-temannya untuk beberapa minggu (hampir sebulan kalau tidak salah). Windy
tetap di Surabaya, karena dia mengambil semester pendek. Saya sempat merasa
agak kesepian juga di rumah, karena saya hanya sendirian saja. Apalagi kalau
Doni tidak di sini, berarti Windy juga nggak akan datang ke rumah saya kan?
Nah, pada suatu siang di rumah, tiba-tiba saya seperti
mendengar suara motor Windy dari kejauhan. “Ah, aku pasti terlalu merindukan
kehadiran Windy”, pikirku, sampai suara motor lewat pun saya sangka suara motor
Windy.
Eh, ternyata suara motor itu memang menuju ke rumahku, and
guess what, itu memang Windy! Dia mengenakan kaos ketat berwarna oranye-biru,
dan celana jeans ngatung yang juga ketat. Sunggu menggairahkan sekali
penampilannya saat itu. Saya gembira campur bingung, kenapa Windy datang ke
sini, padahal Doni kan lagi pergi?
“Halo Dino.. Sendirian aja ya di rumah? Kasian, ditinggal
Doni sendirian. Pasti sepi ya?”, kata Windy sambil menuntun motornya masuk.
“Iya nih Win, sendirian terus tiap hari. Kamu tumben dateng
ke sini? Ada angin apa Win?”
“Ini No, aku mau ngambil catetanku yang dulu dipinjem Doni.
Soalnya ada perlu buat semester pendek.”
“Ooo.. kalo gitu masuk aja Win. Aku kurang tau di mana Doni
nyimpen catetanmu. Liat aja di kamarnya.”, jawabku lagi.
Windy pun masuk ke kamar Doni dan mencari catetannya di laci
meja komputer Doni. Sepertinya dia memang sudah tau kalau Doni menyimpannya di
sana. Untuk membuka laci itu, dia mesti agak membungkuk. Ketika membungkuk,
bagian belakang baju kaosnya agak terangkat, dan tampaklah olehku punggungnya
yang putih mulus. Wahh.. walaupun hanya sedikit yang tampak, tapi itu sudah
membuat pikiranku melayang dan otomatis penisku pun ikut berdiri.
“Udah dapet nih No, catetannya.”, kata Windy kepadaku.
“Oh, di sana ternyata dia simpen ya? Oke deh. Itu aja yang
perlu Win?”, kataku dengan agak sedikit kecewa, karena kalau memang hanya itu
tujuan dia ke sini, berarti dia udah mau balik dong..?
“Iya, ini aja. Aku pulang dulu deh ya No.”
Yaahh.., sebentar banget aku sempat ketemu dengan Windy,
pikirku.:((Kemudian Windy keluar menuju motornya. Di depan motornya aku melihat
dia menggantungkan sebuah tas yang agak besar.
“Bawa apaan tuh Win?”, tanyaku sama Windy.
“Oh, ini? Sebenarnya setelah ini aku bukan mau pulang sih.
Aku rencananya mau ke tempat temenku. Numpang mandi. Abis, air di kosku lagi
habis. Sumurnya kering No. Wah, jadi ketauan deh kalo aku belum mandi nih..
Jadi malu..”, kata Windy dengan agak malu-malu.
Wah.., kesempatan nih!
“Kenapa nggak mandi di sini aja Win? Airnya banyak kok di
sini. Daripada repot-repot ke tempat temenmu lagi. Gimana? Mau?”, cecarku
dengan penuh semangat (campur nafsu:)
“Mmm.., nggak apa-apa nih No?”, tanya Windy agak ragu.
“Nggak apa-apa kok. Bener. Suwer. Samber geledek.”, jawabku
dengan sedikit bercanda.
“Ya oke deh kalo gitu. Aku numpang mandi ya..”
Yess.. Akhirnya aku punya kesempatan untuk bersama Windy
lebih lama lagi.. Windy langsung masuk lagi menuju kamar mandi. Aku hanya dapat
membayangkan apa yang terjadi di dalam kamar mandi itu. Aku membayangkan Windy
membuka baju ketatnya, dan melepaskan celana jeansnya. Aku membayangkan
bagaimana tubuh seksi Windy hanya berbalutkan BH dan celana dalam saja. Hhhmm..
penisku langsung tegang dengan sendirinya tanpa perlu kusentuh. Sedang
enak-enak melamun, tiba-tiba pintu kamar mandi Windy terbuka. Oh, ternyata
Windy masih mengenakan pakaiannya, tidak seperti dalam bayanganku.
“Dino, aku bisa pinjem handuk nggak? Aku lupa bawa nih. Sori
ya ngerepotin.”
“Oh, nggak apa-apa. Ntar ku ambilin.”
Ketika aku memberikan handukku kepada Windy, terlihat tali
BH Windy yang berwarna hitam di bahunya. Walaupun itu hanya seutas tali BH di
bahu, tapi itu sudah cukup untuk membuatku berimajinasi yang bukan-bukan
tentang Windy.
“Makasih ya Dino..”, wah, suaranya benar-benar bisa
membuatku terbang ke langit ketujuh..
“eh, iya..”, jawabku.
Lalu Windy masuk kembali ke kamar mandi. Tak lama kemudian
sudah terdengar suara cebyar-cebyur air. Aku tak dapat berhenti membayangkan
tubuh Windy yang telanjang.. Kulitnya pasti mulus.., putih.., dan badannya
sangat seksi sekali.. mmhh.. aku tak kuasa untuk menahan nafsuku.. Aku masuk ke
kamar, dan masuk ke kamar mandiku (letaknya tepat di sebelah kamar mandi tamu
tempat Windy mandi).
Di dalam kamar mandi, aku langsung melepaskan seluruh
pakaianku dan mengambil sabun untuk onani. Aku memegang penisku yang sudah
sangat tegang (rasanya belum pernah “dia” sebesar ini.Bayangan akan Windy
benar-benar telah membuatnya sangat keras..). Dengan sedikit sabun, aku mulai
meremas-remas penisku, dan pelan-pelan mulai mengocoknya maju-mundur.. mm.. aku
membayangkan ini adalah tangan Windy yang mengocok penisku.. oohh Windy..
andaikan kamu mau mandi bersamaku di sini.. hhmm.. Imajinasiku telah melayang
ke mana-mana. Sedang asyik-asyiknya onani, tiba-tiba pintu kamar mandiku
diketuk dari luar.
“Dino.. Kamu lagi mandi ya? Sori mengganggu lagi. Kamu ada
sabun cuci muka nggak? Aku lupa bawa tadi..”, terdengar suara Windy memanggil.
Aku kaget! Wah, mana udah mau klimaks, eh Windy ngetuk
pintu. Buyar deh imajinasiku yang sudah kubangun dari tadi. Wah, pasti Windy
sudah pakai baju lengkap lagi seperti tadi, tidak telanjang seperti dalam
bayanganku. Tapi nggak apa-apa deh, kan aku bisa ngeliat Windy lagi jadinya.
Aku lingkarkan handuk di pinggangku untuk menutupi penisku yang tegang, lalu
aku ambilkan sabun cuci mukaku untuk Windy.
“Ini Win, sabun cuci mukanya”, kataku sambil membuka pintu.
Wahh.. ternyata Windy hanya mengenakan handukku yang
kuberikan tadi, bukannya berpakaian lengkap! Rejeki lagi nih! Dengan balutan
handukku yang tidak terlalu lebar itu, tampak kulitnya yang benar-benar putih
mulus. Handukku hanya menutupi dari dadanya sampai sekitar 15 cm di atas
lututnya. Tampak olehku pahanya yang begitu indah. Rambutnya yang basah juga
memberi efek yang membuatnya semakin kelihatan seksi.. Tanpa bisa dibendung,
penisku menjadi semakin tegang lagi..
“Makasih Dino.. Wah, bener-bener sori ya, jadi ngeganggu
mandimu..”, kata Windy lagi.
“Ehm.., nggak apa-apa kok Win.”, jawabku terbata-bata karena
nggak kuat menahan nafsuku..
Tanpa kusadari, penisku semakin menyembul dan membuat handukku
hampir copot. Jarakku dengan Windy waktu itu sangat dekat, sehingga penisku
yang sudah berdiri itu menyentuh bagian perut Windy (penisku dan perut Windy
sama-sama masih tertutupi handuk). Windy kaget, karena ada sesuatu yang menekan
perutnya.
“Eh, aku mandi lagi ya No.”, kata Windy buru-buru dengan
muka yang memerah. Sepertinya dia malu campur bingung.
“Mmm, iya.., aku juga mau mandi lagi”, jawabku juga dengan
penuh malu.
Windypun kembali ke kamar mandinya, dan aku juga masuk lagi
ke kamar mandiku.
Di dalam kamar mandi aku berpikir, apa kira-kira tanggapan
Windy atas kejadian tadi ya? Apa dia akan lapor ke Doni kalau aku berbuat
kurang ajar? Apa dia marah sama aku? Atau apa? Aku jadi takut.. Setelah
termenung beberapa menit, akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan apa yang
kukerjakan tadi. Masalah nanti ya urusan belakangan. Baru saja aku mau mulai
untuk onani lagi, pintu kamar mandiku diketuk lagi.
“Dino.., sori mengganggu lagi. Aku ada perlu lagi nih”, kata
Windy dari luar.
“oh iya, bentar..”
Sekarang aku pakai CD & celana pendekku. Aku nggak mau
terulang lagi kejadian memalukan tadi. Aku keluar dari kamar mandi.
“Ada apa Win? Apa lagi yang ketinggalan? Mau pinjem CD?”,
candaku pada Windy.
“Ah, kamu ada-ada aja.”, kata Windy sambil tertawa. Hhh..,
manis sekali senyumannya itu..
Btw, dia masih mengenakan handuk seperti tadi. Seksi..!
“Gini No.. Waktu aku minjem sabun cuci muka tadi, aku tau
kalo kamu sempat.. mm.. apa
ya istilahnya? Terangsang?”, kata Windy.
ya istilahnya? Terangsang?”, kata Windy.
“Hah? Apa? Maksudnya gimana? Aku nggak ngerti?”, tanyaku
pura-pura bego.
“Nggak apa-apa kok No. Nggak usah malu. Kuakui, aku tadi
juga sempat membayangkan “itu” mu waktu aku masuk kamar mandi lagi.
Aku bahkan hampir saja mau.. mm.. masturbasi sambil
mbayangin kamu. Tapi kupikir, ngapain pake tangan sendiri, kalo “barang”nya ada
di sebelah?”, jawab Windy.
“Hhhaahh? Apa maksudmu Win? Aku jadi makin bingung? Aku
nggak”
Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Windy sudah meraba penisku dari luar celana pendekku.
“Ini yang kumaksud, Dino! Burungmu yang tegang ini! Aku
menginginkannya!”, kata Windy sambil terus meraba-raba dan meremas penisku.
“hhmm.., Windy.. kamu..”
“Dino.. Walaupun aku pacarnya Doni, kamu nggak usah malu
begitu. Sejak bertemu denganmu di Djokdja ini, aku selalu membayangkanmu dalam
setiap fantasi seksku.
Bukannya aku nggak cinta Doni. Tapi dengan membayangkan
sesuatu yang “tabu”, biasanya aku selalu menjadi begitu terangsang, dan selalu
kuakhiri dengan masturbasi sambil membayangkan bercinta dengan saudara kembar
pacarku sendiri.
Dino.. saat ini sudah lama kutunggu-tunggu. Aku selalu
membayangkan bagaimana rasanya mengulum burungmu dalam mulutku. Bagaimana
rasanya memainkan burungmu dalam vaginaku.. hhmm.. You’re always on my fantasy,
Dino..”, cerocos Windy sambil semakin kuat meremas penisku (masih dari luar
celana pendekku).
“Ohh.., oohhmm.., Windy.. Aku.., juga.. selalu
membayangkanmu dalam setiap onaniku.
Aku nggak tahan melihat kecantikan dan keseksianmu, sejak
pertama kali aku bertemu denganmu. Aku cemburu dengan Doni. Aku selalu
membayangkan tubuhmu yang putih, halus, lembut, dan seksi ini.. Aku
menginginkanmu Windy..”, jawabku sambil meraba bahu dan tangannya yang begitu
halus dan lembut.
Kemudian tanpa berpikir lagi, aku raih rambutnya dan kutarik
mukanya ke mukaku, dan kucium Windy dengan buas. Kulumat bibirnya yang merah
dan mungil itu. Inilah pengalaman pertamaku mencium wanita. Rasanya benar-benar
nikmat sekali. Apalagi tangannya masih terus meremas penisku yang sudah
berdenyut-denyut dari tadi.
“Hmmpp.., mmhhmmhh..”, Windy juga membalas ciumanku dengan
lumatan bibirnya dan lidahnya bermain-main di dalam mulutku.
Aku terus menghisap bibir & lidahnya, dan tanganku mulai
meraba payudaranya yang masih tertutup handuk. Payudaranya cukup besar.
Belakangan kuketahui ukurannya 34B. Terasa putingnya yang mengeras dari balik
handuk.
“Ohh.. Dino.. remas susuku! Remas, Dino.. Ohhmmhh..”,
desah Dino di telingaku, semakin membuatku bernafsu.. Tanpa pikir panjang, langsung kulepaskan handuk Windy, sehingga tampaklah di depan mataku keindahan tubuh telanjang Windy yang selama ini hanya ada dalam fantasiku.
“Windy.. kamu sunguh-sungguh cantik.. Aku menginginkanmu..”.
Aku pun langsung menerkamnya dan tanpa membuang waktu
langsung kuhisap payudaranya yang bulat & padat itu. Sebelumnya aku hanya
dapat membayangkan betapa indahnya payudara Windy yang sering mengenakan kaos
ketat itu. Bahkan pernah sekali dia mengenakan kaos ketat tanpa BH, sehingga
tampak samar-samar putingnya yang merah olehku waktu itu.
“Dino.. Mmmhhmm.. Kamu benar-benar hebat Dino.. Bahkan Doni
tidak pernah bisa membuatku jadi gila seperti ini.. Ooohh.. hisap putingku
Dino. Jilat.. hhmm..” jerit Windy yang sudah benar-benar penuh nafsu birahi
itu.
Aku terus menjilati dan menghisap payudaranya, dan
sekali-sekali kugigit karena gemas, sehingga payudaranya menjadi merah-merah.
Tapi Windy tidak marah, malah sepertinya ia sangat menikmati permainan mulutku.
Bosan bersikap pasif, Windy pun melepaskan celana pendekku
dengan penuh nafsu, sehingga tampaklah olehnya penisku yang sudah berdiri tegak
hingga keluar dari pinggang celana dalamku.
“Besar sekali burungmu Dino! Wow.. Lebih besar dari pacarku
yang dulu. Bahkan lebih besar dari punya Doni! Kukira punya sudah yang terbesar
yang ada!”, puji Windy dengan mata berbinar ketika melihat penisku.
Windy menarik CDku hingga lepas, berlutut di depan penisku
dan langsung menjilati telorku yang penuh bulu itu.
“Aahhmm.. enak sekali Windy..! mmhhmm.. Kamu memang hebat
sekali..”,
aku meracau kenikmatan sambil terus membelai rambutnya yang indah.
“oohhmm.. aku suka sekali burungmu Dino.. besar, panjang,
dan hitam.. oohhoohhmm..”,
Windy memasukkan penisku ke mulutnya yang mungil, dan
menghisapnya dengan kuat.
“Ahh.., Windy.. AAhhmmhh..”,
aku benar-benar dalam puncak kenikmatan yang belum pernah
kurasakan sebelumnya. Kenikmatan onani hanyalah sepersekian dari kenikmatan
dihisap dan dijilat oleh mulut dan lidah Windy yang sedang mengulum penisku
ini.
Windy dangan penuh semangat terus menghisap penisku, dan
karena ia memaju mundurkan kepala & badannya dengan kencang, tampak olehku
payudaranya bergoyang-goyang kesana kemari.
Ketika aku hampir mencapai klimaks, langsung kutarik penisku
dari mulutnya, dan kupeluk Windy erat-erat sambil menjilati & menciumi
seluruh mukanya. Mulai dari keningnya, matanya, hidungnya yang mancung,
pipinya, telinganya, lehernya, dagunya, dan kuteruskan ke bawah sampai akhirnya
seluruh tubuhnya basah oleh air liurku dan di beberapa tempat bahkan sampai
merah-merah karena hisapan dan gigitan gemasku. Windy benar-benar menikmati
perlakuanku terhadap tubuhnya, terutama ketika aku menjilati dan menghisap daun
telinganya. Dia benar-benar merinding ketika itu.
“oohh Dino.., kamu hebat sekali.. Belum pernah ada
sebelumnya yang bisa membuatku orgasme tanpa perlu menyentuh vaginaku. Ohhmm..
you’re the greatest..!”, kata Windy lagi.
Setelah beristirahat sejenak, aku mulai menjilati vagina Windy.
“Dinoo.. nikmat sekali.. kamu hebat sekali memainkan
lidahmu.. mmhhmm.. aahhgghh..”, Windy benar-benar menikmati permainan lidahku
yang mengobok-obok vaginanya dengan buas.
“Windy.., boleh aku memasukkan penisku ke dalam” belum
selesai kata-kataku, Windy langsung memotong.
“Nggak usah minta ijin segala, masukin burungmu yang gede
itu ke vaginaku cepat, Dino!”, potong Windy sambil memegang penisku dan
mengarahkannya ke lobang vaginanya.
“Ahh.. sempit sekali Windy.. Mmmgghh..”, vaginanya
benar-benar menjepit penisku dengan kencang sekali, sehingga sensasi yang
kurasakan menjadi benar-benar tak terlukiskan dengan kata-kata. Pokoknya enak
banget!!
“Ooohh Dino.. burungmu besar sekali!! HHhhmmhh.. aahh..
nikmat sekali Dino!”
Perlahan-lahan, aku pun mulai menggoyangkan pantatku sehingga
penisku yang gede dan hitam mulai mengocok-ngocok vaginanya. Windy pun juga
menggoyangkan pantatnya yang putih mulus itu sehingga makin lama goyangan kami
menjadi semakin cepat dan buas.
“Diinoo.. hh.. hh.. hh.. aku suka burungmu! mmhh.. lebih
cepat, cepat.. keras.. aku.. hhoohhmmhh..”,
racauan Windy makin lama makin tidak jelas.
“Aku hhaammpir keluuaar.. Winddyy.. hhmmhh..”,
campuran antara goyangan, desahan, dan tampang Windy yang
benar-benar seksi, merangsang, dan penuh keringat itu membuatku nggak tahan
lagi.
“Keluarkan di dalam saja, Dino.. Aku jugaa.. mauu.. sampai..
hh..”.
“AAHHMMHH.. AARRGGHH.. OOHHMMHH.. NIKMAAT SEKAALLII..
AAHHMMHH..!!” kami berdua mencapai klimaks pada saat yang bersamaan.
Setelah permainan yang dahsyat itu, kami sama-sama terlelap
di kamarku.
Sewaktu terbangun ternyata hari sudah malam. Windy langsung
pulang karena takut kos-kosannya sudah dikunci kalau kemalaman. Tapi kami
berjanji untuk bertemu lagi esok hari, karena kami berdua masih ingin
melanjutkan hubungan yang
“tabu” ini. Kami sama-sama menikmatinya. HHmm..