- Home >
- Cerita Dewasa Mesum , Cerita Hot Terbaru , Cerita Ngentot Seru , Kumpulan Cerita Seks >
- Dunia Sex Terbaru - Nikmatnya Malam Pertama
Posted by : cellafang
Tuesday, July 25, 2017
NikmatnyaMalam Pertama – Masih terbayang dalam ingatanku perasaan bahagia dan
lega saat selesai mengucapkan ijab kabul di muka penghulu tadi pagi. Bahagia
karena berhasil menyunting gadis yang kucintai, lega karena telah berhasil
melewati cobaan dan rintangan yang sangat berat selama hampir sepuluh tahun
kami menjalani hubungan.
![]() |
Dunia Sex Terbaru - Nikmatnya Malam Pertama |
Cerita Sex. Wangi melati harum semerbak sampai ke setiap
sudut kamar pengantin yang dihias berwarna dominan merah jambu. Dan, di sisiku
terbaring gadis yang amat sangat kucintai, berbalut daster tipis yang juga
berwarna merah jambu. Matanya yang indah dan bening menatapku penuh rasa cinta,
sementara jemarinya yang halus membelai lembut tanganku yang sedang memeluknya.
Kulitnya tidak terlalu putih, tetapi halus dan mulus. Dia, yang kukenal saat
sama-sama duduk di bangku kuliah, yang menjadi incaran para pemuda di kampus,
sekarang telah resmi menjadi istriku.
Malam ini adalah malam pertama kami sah untuk sekamar dan
seranjang. Tidak ada lagi rasa takut atau khawatir dipergoki orang, tidak ada
lagi rasa terburu-buru, dan juga tidak ada lagi rasa berdosa seperti yang kami
rasakan dan alami selama berpacaran. Masa pacaran kami memang tidak terlalu
“bersih”, saling cium, saling raba bahkan sampai ke tingkat Heavy Petting
sering kami lakukan. Tapi, dengan penuh rasa sayang dan tanggungjawab, aku
berhasil mempertahankan kesuciannya sampai saat ini. Aku bangga akan hal itu.
Suasana yang romantis ditambah dengan sejuknya hembusan AC
sungguh membangkitkan nafsu. Kupeluk dia, kukecup keningnya lalu kuajak dia
untuk berdoa pada Yang Maha Kuasa seperti pesan mertua laki-lakiku tadi.
Andaikan apa yang kami lakukan malam ini menumbuhkan benih dalam rahim,
lindungi dan hindarilah dia dari godaan setan yang terkutuk.
Dari kening, ciumanku turun ke alis matanya yang hitam lebat
teratur, ke hidung dan sampai ke bibirnya. Ciuman kami semakin lama semakin
bergelora, dua lidah saling berkait diikuti dengan desahan nafas yang semakin
memburu. Tanganku yang tadinya memeluk punggungnya, mulai menjalar ke depan,
perlahan menuju ke payudaranya yang cukup besar. Sungguh pintar dia ini memilih
daster yang berkancing di depan dan hanya 4 buah, mudah bagi tanganku untuk
membukanya tanpa harus melihat. Tidak lama kemudian kaitan BH-nya berhasil
dilepaskan oleh tanganku yang sudah cukup terlatih ini. Kedua bukit kembar
dengan puncaknya yang coklat kemerahan tersembul dengan sangat indah. Daster
dan BH itupun segera terlempar ke lantai.
Sementara itu, dia juga telah berhasil membuka kancing
piyamaku, melepas singlet dan juga celana panjangku. Hanya tinggal celana dalam
masing-masing yang masih memisahkan tubuh telanjang kami berdua.
Kulepaskan ciumanku dari bibirnya, menjalar ke arah telinga, lalu kubisikkan kata-kata cinta padanya. Dia tersenyum dan menatapku sambil berkata bahwa dia juga amat mencintaiku. Kulanjutkan ciumanku ke lehernya, turun ke dadanya, lalu dengan amat perlahan, dengan lidah kudaki bukit indah itu sampai ke puncaknya.
Kujilati dan kukulum puting susunya yang sudah mengacung
keras. dia mulai mendesah dan meracau tidak jelas. Sempat kulihat matanya
terpejam dan bibirnya yang merah indah itu sedikit merekah. Sungguh merangsang.
Tanganku mengelus, meremas dan memilin puting di puncak bukit satunya lagi. Aku
tidak ingin buru-buru, aku ingin menikmati detik demi detik yang indah ini
secara perlahan. Berpindah dari satu sisi ke sisi satunya, diselingi dengan
ciuman ke bibirnya lagi, membuatnya mulai berkeringat. Tangannya semakin liar
mengacak-acak rambutku, bahkan kadang-kadang menarik dan menjambaknya, yang
membuat nafsuku semakin bergelora.
Dengan berbaring menyamping berhadapan, kulepaskan celana
dalamnya. Satu-satunya kain yang masih tersisa. Perlakuan yang sama kuterima
darinya, membuat kemaluanku yang sudah sedemikian kerasnya mengacung gagah.
Kubelai kakinya sejauh tanganku bisa menjangkau, perlahan naik ke paha.
Berputar-putar, berpindah dari kiri ke kanan, sambil sekali-sekali seakan tidak
sengaja menyentuh gundukan berbulu yang tidak terlalu lebat tapi terawat
teratur. Sementara dia rupanya sudah tidak sabar, dibelai dan digenggamnya
kemaluanku, digerakkan tangannya maju mundur. Nikmat sekali. Walaupun hal itu
sudah sering kurasakan dalam kencan-kencan liar kami selama berpacaran, tetapi
kali ini rasanya lain. Pikiran dan konsentrasiku tidak lagi terpecah.
Melalui paha sebelah dalam, perlahan tanganku naik ke atas,
menuju ke kemaluannya. Begitu tersentuh, desahan nafasnya semakin keras, dan
semakin memburu. Perlahan kubelai rambut kemaluannya, lalu jari tengahku mulai
menguak ke tengah. Kubelai dan kuputar-putar tonjolan daging sebesar kacang
tanah yang sudah sangat licin dan basah. Tubuh dia mulai menggelinjang,
pinggulnya bergerak ke kiri-ke kanan, juga ke atas dan ke bawah. Keringatnya
semakin deras keluar dari tubuhnya yang wangi. Ciumannya semakin ganas, dan
mulai menggigit lidahku yang masih berada dalam mulutnya. Sementara tangannya
semakin ganas bermain di kemaluanku, maju-mundur dengan cepat. Tubuhnya
mengejang dan melengkung, kemudian terhempas ke tempat tidur disertai erangan
panjang. Orgasme yang pertama telah berhasil kupersembahkan untuknya.
Aku tidak ingin istirahat berlama-lama. Segera kutindih
tubuhnya, lalu dengan perlahan kuciumi dia dari kening, ke bawah, ke bawah, dan
terus ke bawah. Deru nafasnya kembali terdengar disertai rintihan panjang begitu
lidahku mulai menguak kewanitaannya. Cairan vagina ditambah dengan air liurku
membuat lubang hangat itu semakin basah. Kumainkan klitorisnya dengan lidah,
sambil kedua tanganku meremas-remas pantatnya yang padat berisi. Tangannya
kembali mengacak-acak rambutku, dan sesekali kukunya yang tidak terlalu panjang
menancap di kepalaku. Ngilu tapi nikmat rasanya. Kepalanya terangkat lalu
terbanting kembali ke atas bantal menahan kenikmatan yang amat sangat. Perutnya
terlihat naik turun dengan cepat, sementara kedua kakinya memelukku dengan
kuat.
Beberapa saat kemudian, ditariknya kepalaku, kemudian
diciumnya aku dengan gemas. Kutatap matanya dalam-dalam sambil meminta ijin
dalam hati untuk menunaikan tugasku sebagai suami. Tanpa kata, tetapi sampai
juga rupanya. Sambil tersenyum sangat manis, dianggukkannya kepalanya.
Perlahan, dengan tangan kuarahkan kemaluanku menuju ke kewanitaannya.
Kugosok-gosok sedikit, kemudian dengan amat perlahan, kutekan dan kudorong
masuk. dia merintih keras, dan karena mungkin kesakitan, tangannya mendorong
bahuku sehingga tubuhku terdorong ke bawah. Kulihat ada air mata meleleh di
sudut matanya. Aku tidak tega, aku kasihan! Kupeluk dan kuciumi dia. Hilang
sudah nafsuku saat itu juga.
Setelah beristirahat beberapa lama, kucoba memulainya lagi,
dan lagi-lagi gagal. Aku sangat mencintainya sehingga aku tidak tega untuk
menyakitinya. Malam itu kami tidur berpelukan dengan tubuh masih telanjang. Dia
meminta maaf, dan dengan tulus dan penuh kerelaan dia kumaafkan. Malam itu kami
berdiskusi mengenai perkosaan. Kalau hubungan yang didasari oleh kerelaan dan
rasa sayang saja susah, agak tidak masuk diakal bila seorang wanita diperkosa
oleh seorang pria tanpa membuat wanita itu tidak sadarkan diri. Bukankah si
wanita pasti berontak dengan sekuat tenaga?
Malam Kedua.
Malam Kedua.
Jam 10 malam kami berdua masuk kamar bergandengan mesra,
diikuti oleh beberapa pasang mata dan olok-olok Saudara-Saudara Iparku. Tidak
ada rasa jengah atau malu, seperti yang kami alami pada waktu mata Receptionist
Hotel mengikuti langkah-langkah saat kami pacaran dulu. Olok-olok dan
sindiran-sindiran yang mengarah dari mulut Saudara-Saudara Iparku, kutanggapi
dengan senang dan bahagia.
Siang tadi, kami berdua membeli buku mengenai Seks dan
Perkawinan, yang di dalamnya terdapat gambar anatomi tubuh pria dan wanita.
Sambil berpelukan bersandar di tempat tidur, kami baca buku itu halaman demi
halaman, terutama yang berkaitan dengan hubungan Seks. Sampai pada halaman
mengenai Anatomi, kami sepakat untuk membuka baju masing-masing. Giliran pertama,
dia membandingkan kemaluanku dengan gambar yang ada di buku. Walau belum
disentuh, kemaluanku sudah menggembung besar dan keras. dia mengelus dan
membolak balik “benda” itu sambil memperhatikannya dengan seksama. Hampir saja
dia memasukkan dan mengulumnya karena tidak tahan dan gemas, tapi kutahan dan
kularang. Aku belum mendapat giliran.
Kemudian, kuminta dia berbaring telentang di tempat tidur,
menarik lututnya sambil sedikit mengangkang. Mulanya dia tidak mau dan malu,
tapi setelah kucium mesra, akhirnya menyerah. Aku mengambil posisi telungkup di
bawahnya, muka dan mataku persis di atas vaginanya. Terlihat bagian dalamnya
yang merah darah, sungguh merangsang. Dengan dua jari, kubuka dan kuperhatikan
bagian-bagiannya. Seumur hidupku, baru kali ini aku melihat kemaluan seorang
wanita dengan jelas. Walaupun sering melakukan oral, tapi belum pernah melihat
apalagi memerhatikannya karena selalu kulakukan dengan mata tertutup.
Aku baru tahu bahwa klitoris bentuknya tidak bulat, tetapi
agak memanjang. Aku bisa mengidentifikasi mana yang disebut Labia Mayor, Labia
Minor, Lubang Kemih, Lubang Senggama, dan yang membuatku merasa sangat
beruntung, aku bisa melihat apa yang dinamakan Selaput Dara, benda yang
berhasil kujaga utuh selama 10 tahun. Jauh dari bayanganku selama ini. Selaput
itu ternyata tidak bening, tetapi berwarna sama dengan lainnya, merah darah.
Ditengahnya ada lubang kecil. Sayang aku tidak ingat lagi, seperti apa bentuk
lubang tersebut.
Tidak tahan berlama-lama, segera kulempar buku itu ke lantai,
dan mulai kuciumi kemaluan dia itu. Kumainkan klitorisnya dengan lidahku yang
basah, hangat dan kasar, hingga membuat dia kembali mengejang, merintih dan
mendesah. Kedua kakinya menjepit kepalaku dengan erat, seakan tidak rela untuk
melepaskannya lagi. Kupilin, kusedot, dan kumain-mainkan benda kecil itu dengan
lidah dan mulutku. Berdasarkan teori-teori yang kuperoleh dari Buku, Majalah
maupun VCD Porno, salah satu pemicu orgasme wanita adalah klitorisnya. Inilah
saatnya aku mempraktekkan apa yang selama ini hanya jadi teori semata.
Dia semakin liar, bahkan sampai terduduk menahan kenikmatan
yang amat sangat. Dia lalu menarik pinggulku, sehingga posisi kami menjadi
berbaring menyamping berhadapan, tetapi terbalik. Kepalaku berada di depan
kemaluannya, sementara dia dengan rakusnya telah melahap dan mengulum
kemaluanku yang sudah sangat keras dan besar. Nikmat tiada tara. Tapi, aku
kesulitan untuk melakukan oral terhadapnya dalam posisi seperti ini. Jadi
kuminta dia telentang di tempat tidur, aku naik ke atas tubuhnya, tetap dalam
posisi terbalik. Kami pernah beberapa kali melakukan hal yang sama dulu, tetapi
rasa yang ditimbulkan jauh berbeda. Hampir bobol pertahananku menerima jilatan
dan elusan lidahnya yang hangat dan kasar itu. Apalagi bila dia memasukkan
kemaluanku ke mulutnya seperti akan menelannya, kemudian bergumam. Getaran pita
suaranya seakan menggelitik ujung kemaluanku. Bukan main nikmatnya.
Karena hampir tidak tertahankan lagi, aku segera mengubah
posisi. Muka kami berhadapan, kembali kutatap matanya yang sangat indah itu.
Kubisikkan bahwa aku sangat menyayanginya, dan aku juga bertanya apakah
kira-kira dia akan tahan kali ini. Setelah mencium bibirku dengan gemas, dia
memintaku untuk melakukannya pelan-pelan.
Kutuntun kemaluanku menuju vaginanya. Berdasarkan gambar dan
apa yang telah kuperhatikan tadi, aku tahu di mana kira-kira letak Liang
Senggamanya. Kucium dia, sambil kuturunkan pinggulku pelan-pelan. Dia merintih
tertahan, tapi kali ini tangannya tidak lagi mendorong bahuku. Kuangkat lagi
pinggulku sedikit, sambil bertanya apakah terasa sangat sakit. Dengan isyarat
gelengan kepala, kutahu bahwa dia juga sangat menginginkannya. Setelah kuminta
dia untuk menahan sakit sedikit, dengan perlahan tapi pasti kutekan pinggulku,
kumasukkan kemaluanku itu sedikit demi sedikit.
Kepalanya terangkat ke atas menahan sakit. Kuhentikan
usahaku, sambil kutatap lagi matanya. Ada titik air mata di sudut matanya,
tetapi sambil tersenyum dia menganggukkan kepalanya. Kuangkat sedikit, kemudian
dengan sedikit tekanan, kudorong dengan kuat. Dia mengerang keras sambil
menggigit kuat bahuku. Kelak, bekas gigitan itu baru hilang setelah beberapa
hari. Akhirnya, seluruh batang kemaluanku berhasil masuk ke dalam lubang vagina
dia tercinta. Aku bangga dan bahagia telah berhasil melakukan tugasku. Kucium
dia dengan mesra, dan kuseka butir air mata yang mengalir dari matanya. Dia
membuka matanya, dan aku dapat melihat bahwa dibalik kesakitannya, dia juga
sangat bahagia.
Perlahan kutarik kemaluanku keluar, kutekan lagi, kutarik
lagi, begitu terus berulang-ulang. Setiap kutekan masuk, dia mendesah, dan kali
ini, bukan lagi suara dari rasa sakit. Kurasa, dia sudah mulai dapat
menikmatinya. Permukaan lembut dan hangat dalam liang itu seperti membelai dan
mengurut kemaluanku. Rasa nikmat tiada tara, yang baru kali ini kurasakan. Aku
memang belum pernah bersenggama dalam arti sesungguhnya sebelum ini.
Butir-butir keringat mulai membasahi tubuh telanjang kami berdua. Nafsu birahi
yang telah lama tertahan terpuaskan lepas saat ini. Kepala dia mulai membanting
ke kiri dan ke kanan, diiringi rintihan dan desahan yang membuat nafsuku
semakin bergelora. Tangannya memeluk erat tubuhku, sambil sekali-sekali kukunya
menancap di punggungku. Desakan demi desakan tidak tertahankan lagi, dan sambil
menancapkan batang kemaluanku dalam-dalam, kusemburkan sperma
sebanyak-banyaknya ke dalam rahim dia. Aku kalah kali ini.
Kupeluk dan kuciumi wajah dia yang basah oleh keringat,
sambil berucap terima kasih. Matanya yang bening indah menatapku bahagia, dan
sambil tersenyum dia berkata, “sama-sama.” Kutitipkan padanya untuk menjaga
baik-baik anak kami, bila benih itu tumbuh nanti. Kami baru sadar bahwa kami
lupa berdoa sebelumnya, tapi mudah-mudahan Yang Maha Esa selalu melindungi
benih yang akan tumbuh itu. Seprai merah jambu sekarang bernoda darah. Mungkin
karena selaput dara dia cukup tebal, noda darahnya cukup banyak, hingga
menembus ke kasur. Akan menjadi kenang-kenangan kami selamanya.
Malam itu kami hampir tidak tidur. Setelah beristirahat
beberapa saat, kami melakukannya lagi, lagi dan lagi. Entah berapa kali, tapi
yang pasti, pada hubungan yang ke dua setelah tertembusnya selaput dara itu,
aku berhasil membawa dia orgasme, bahkan lebih dari satu kali. Aku yang sudah
kehilangan banyak sperma, menjadi sangat kuat dan tahan lama, sehingga akhirnya
dia menyerah kalah dan tergeletak dalam kenikmatan dan kelelahan yang amat sangat.
Saat ini, kami telah memiliki 3 orang anak yang lucu-lucu.
Tapi gairah dan nafsu seperti tidak pernah padam. Dalam usia kami yang
mendekati 40 tahun, kami masih sanggup melakukannya 2-3 kali seminggu, bahkan
tidak jarang, lebih dari satu kali dalam semalam.Nafsu yang didasari oleh
cinta, memang tidak pernah padam. Aku sangat mencintai dia, begitupun yang
kurasakan dari dia.